Bencana

      Bencana Cuaca Ekstrem Melanda Korea Selatan, Jepang, dan Cina

      Warga Jepang menggunakan payung untuk mengurangi dampak bencana suhu panas.

      Gelombang panas yang tak kenal belas kasihan telah melanda Korea Selatan dan Jepang, meninggalkan jejak kesedihan dan kehancuran. Di Korea Selatan, bencana suhu panas yang menyengat telah merenggut nyawa dua belas individu. Dengan setidaknya lima di antaranya merupakan petani dan tujuh lainnya berusia di atas 70 tahun, beberapa di antaranya bahkan berusia 90 tahunan. Seluruh negeri berjuang menghadapi panas yang tak kenal ampun. Dengan sebagian besar wilayah berada di bawah peringatan gelombang panas sejak Selasa. Tragisnya, tiga kematian tambahan dikaitkan dengan kondisi yang berhubungan dengan panas pada minggu sebelumnya.

      Jepang Juga Terguncang Oleh Bencana

      Gelombang panas yang tak terbendung, dengan insiden memilukan melibatkan seorang gadis berusia 13 tahun yang menghembuskan napas terakhir akibat kepanasan saat pulang naik sepeda dari klub sekolah. Meskipun sekolah berupaya menghentikan kegiatan klub lebih awal dan memastikan para siswa beristirahat secara teratur untuk minum air, sang gadis ditemukan tak sadarkan diri di trotoar, nyawanya dipangkas oleh panas yang mencekik.

      Situasi mendesak berlanjut di Tokyo, di mana sepasang lansia ditemukan meninggal di rumah mereka karena panas yang ekstrem. Ketika suhu melonjak hingga 35,7 derajat Celsius, AC mereka tidak memberikan kenyamanan. Peristiwa tragis ini telah memunculkan keprihatinan serius di Jepang. Mendorong pemerintah untuk menetapkan target untuk mengurangi separuh jumlah kematian yang berhubungan dengan panas pada tahun 2030. Statistik mengkhawatirkan menunjukkan peningkatan yang mengkhawatirkan dalam kematian yang terkait dengan heatstroke, dengan sebagian besar korban berusia di atas 65 tahun.

      Cina

      Sementara itu, Cina menghadapi masalah cuaca sendiri, dengan hujan lebat dan bencana banjir dahsyat melanda Beijing. Setidaknya sebelas nyawa telah melayang, dengan tanah longsor dan banjir yang menyapu mobil di pinggiran kota. Situasi mencapai titik kritis ketika pihak berwenang mengeluarkan peringatan merah untuk hujan lebat terparah dalam beberapa tahun terakhir. Tempat wisata terkenal, termasuk Kota Terlarang yang terkenal, terpaksa ditutup karena hujan lebat. Kenyataan pahit tetap ada, dengan 27 individu dilaporkan hilang, memicu kekhawatiran bahwa jumlah kematian mungkin semakin tinggi.

      Wilayah terdampak paling parah adalah distrik luar Beijing. Di mana hujan tak henti-hentinya meluapkan sungai-sungai yang biasanya kering sepanjang tahun, menyebabkan mobil-mobil terbawa banjir air yang ganas. Distrik Mentougou menderita akibat bencana tersebut, dengan jalanan berlumpur penuh dengan mobil yang terbawa banjir.

      Saat peristiwa-peristiwa memilukan ini terus berkembang, pihak berwenang bekerja tanpa henti untuk merespons keadaan darurat dan memberikan dukungan kepada masyarakat yang terdampak. Urgensi dari krisis ini menuntut upaya kolektif untuk menghadapi tantangan yang ditimbulkan oleh kondisi cuaca ekstrem dan mencari solusi yang layak untuk meminimalkan dampaknya pada populasi yang rentan. Ketangguhan semangat manusia bersinar terang saat orang-orang bersatu untuk menghadapi tantangan yang dihadirkan oleh fenomena cuaca ekstrem ini.

      Hi, I’m admin

      Tinggalkan Balasan

      Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *